Selain dengan kasus
konflik Amerika-Iran dan kasus virus Corona (yang semoga lekas menemukan ending-nya), tahun ini bagi saya pribadi
dimulai dengan mengikuti program Kuliah Kerja Nyata yang diwajibkan oleh
kampus. Program ini sejenis pengabdian kepada masyarakat, dimana mahasiswanya
diharapkan bisa membantu masyarakat membangun daerahnya sesuai dengan bidang
ilmu masing-masing peserta KKN.
Saya melaksanakan KKN
di Banyuwangi, kabupaten paling luas di Pulau Jawa. Tenang, saya kebetulan ngga
meet up sama Badarawuhi karena
mungkin region kami berbeda atau emang dia full
book nari keliling hutan. Awalnya saya berpikir bahwa saya hanya akan
melaksanakan program kerja saja di sana. Tapi, ternyata, banyak hal yang malah
saya dapatkan dan bisa saya bawa pulang.
Hal pertama tentu saja
saya jadi tahu bahwa banyak kebiasaan masyarakat yang berbeda dengan kebiasaan
saya. Misalnya ketika hendak mengakhiri suatu pembicaraan. Di lingkungan rumah
saya, ketika hendak mengakhiri percakapan, biasanya akan ada basa-basi yang
terlebih dahulu dilontarkan, seperti ajakan untuk mampir ke rumah. Hal ini
nampaknya merupakan tata krama yang dilakukan untuk menghormati lawan bicara,
sekaligus secara tersirat merupakan simbol pamit undur diri. Di lokasi KKN
saya, ketika seseorang hendak mengakhiri pembicaraan, yaudah dia langsung pergi
aja. Tanpa harus menggunakan basa basi, asalkan urusannya sudah selesai.
Hal lain yang saya
pelajari ialah tentang bagaimana mereka ngomong kalau semisal tidak menyukai
hal tertentu. Kebiasaan ini juga berbeda sih dengan kebiasaan di lingkungan
saya yang lebih ‘nggak enakan’ ketika memiliki pendapat yang berbeda dengan
seseorang. Di lokasi saya KKN, ketika ada hal yang ngga disetujui, maka orang
tersebut akan menyuarakan pendapatnya.
Di sana pula, saya
merasa bisa lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki. Beberapa hal sederhana
yang kami miliki nyatanya masih menjadi barang mewah yang ngga semudah itu bisa
didapatkan sembarang orang. Hal sesederhana keberanian buat punya cita-cita pun
nyatanya masih menjadi barang yang belum semua orang miliki. Hal lain seperti
kebebasan mau makan apa, mau jajan apa, bisa beli apa, pun juga masih menjadi
hal yang mewah bagi sebagian masyarakat.
Pelajaran yang juga
ngga kalah penting ialah tentang hidup bersahaja. Di lingkungan perkotaan
khususnya, sering ditemui kompetisi ngga penting yang terselubung dalam bentuk humblebrag. Orang seakan berlomba untuk
bisa memamerkan kekayaannya di sosial media. Di sana, nyatanya sesederhana
dikasih stiker aja udah menjadi hal yang membuat mereka berkaca-kaca.
Poin penting lagi ialah
untuk mensyukuri apa yang kami miliki. Saya KKN di desa yang berjarak kurang
lebih 30 kilometer dari pusat kota. Hal ini secara tidak langsung memaksa kami
untuk menekan keinginan dalam melakukan banyak hal yang biasa kami lakukan di
kota dan lebih kreatif untuk mencari kegiatan. Dari yang awalnya kegiatannya
kebanyakan di mall dan belanja ketika
masih di Surakarta, kami harus menghadapi fakta bahwa Banyuwangi belum memiliki
mall yang semaju itu. Akhirnya kami
harus mencari alternatif hiburan lain, misalnya saja belanja di pasar, belanja
ikan langsung dari nelayannya, mencari kerang di bibir pantai, hingga nongkrong
di saung dekat sawah.
Dalam hal
bermasyarakat, saya juga belajar untuk bisa lebih menempatkan diri dan
berhati-hati. Nyatanya, masyarakat merupakan sebuah struktur yang kompleks.
Banyak hal yang saya lakukan yang mungkin tidak sesuai dengan adat kebiasaan di
lokasi saya KKN, sehingga saya harus bisa memilah bagaimana saya berbicara dan
bertindak. Saya pernah kena semprot salah seorang warga karena tangan saya
menunjuk beliau menggunakan jari telunjuk. Hal seperti itu nyatanya merupakan
hal yang sensitif dan menjadi cerminan mengenai hormat tidaknya kita terhadap
seseorang.
Pengalaman KKN saya
membuat saya berpikir bahwa apa yang saya nikmati selama ini merupakan anugrah
yang ngga bisa semua orang nikmati. Saya kemudian sadar bahwa titik tekan KKN
bukan hanya masalah menyelenggarakan program kerja dan mengabdi ke masyarakat,
tetapi juga belajar untuk bisa lebih andhap
asor dan bisa menempatkan diri di
situasi yang berbeda-beda.
Komentar
Posting Komentar